Menduakan Tuhan -- 30 Januari 2009

Sabtu, 31 Januari 2009

Hari ini tema yang dibawakan oleh Hamba Tuhan yang diundang adalah tentang MENDUAKAN TUHAN. Dimana tema ini mengajarkan kita untuk belajar mendahulukan Tuhan dibanding dengan segala aktivitas-aktivitas kita yang lainnya.

Ada beberapa contoh kasus yang didiskusikan pada malam hari ini. Diantaranya adalah: Apakah yang akan kamu lakukan jika pada hari dan jam dimana kamu harus ke gereja tetapi seseorang yang sangat spesial bagi kamu (pacar/orangtua/dll) mengajak untuk keluar, dengan ancaman kalau kamu tidak ikut, mereka akan mengucilkanmu selama 1 bulan? Apa yang akan kamu lakukan? Ikut mereka? atau tetap pergi ibadah? Hanya anda sendiri yang dapat menjawabnya.

Pengkhotbah pada malam ini memberikan beberapa perikop Alkitab yang dapat menjadi dasar pemikirannya pada malam hari ini. Diantaranya adalah Ibrani 10:25 dan Lukas 10:38-42, yang menceritakan tentang Maria dan Marta. Dimana Tuhan memuji Maria yang lebih memilih untuk mendengarkan perkataan Tuhan Yesus, karena ia tahu, bahwa itu lebih penting dibandingkan bekerja.

Jadi, kesimpulannya adalah dahulukanlah Tuhan didalam kehidupanmu. Sebab ada tertulis, carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan dilimpahkan kepadamu.

Sahabat Sejati -- 23 Januari 2009

Jumat, 23 Januari 2009

'Sahabat Sejati' adalah judul perenungan di Komisi Pemuda hari ini, yg dibawakan oleh salah seorang HambaNya. Di Alkitab hanya ada 1 kisah tentang persahabatan yang sejati, yaitu kisah Daud dan Yonatan yang termuat dalam 1 Samuel, dimulai dari pasal 18. Dan berlanjut ke 2 Samuel pasal 1 dan 2 yang menuliskan tentang akhir hidup Yonatan tetapi Daud masih tetap menjaganya melalui anak-anaknya (anak-anak Yonatan, Daud tetap memlihara mereka).

Tentunya kita semua sudah tahu tentang kisah persahabatan Daud dan Yonatan ini, dan dari kisah ini dapat ditarik beberapa kesimpulan tantang sahabat sejati: Yang pertama, persahabatan tidak mengenal status sosial. Kebanyakan dari kita hanya mau bersahabat dengan orang-orang yang sederajat dengan kita, tetapi persahabatan Daud dan Yonatan tidak. Walaupun Yonatan adalah seorang anak raja yang kaya raya, dan Daud seorang anak petani yang miskin, tetapi mereka tidak menemui permasalahan dalam hubungan persahabatan mereka walaupun status sosial mereka berbeda. Yang kedua, persahabatan itu tidak mengenal untung dan rugi. Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui bahwa persahabatan kita mungkin saja mengandung unsur untung dan rugi. Dalam berteman kita mungkin saja bertanya 'apa yang bisa kau berikan kepadaku?', tetapi Daud dan Yonatan tidak mengenal prinsip tersebut. Yang ketiga, Yonatan mengasihi Daud seperti mengasihi dirinya sendiri. Dalam arti, jika ia hidup dalam berkelimpahan, dia tidak menikmatinya sendiri tetapi ia berbagi dengan Daud, kadang dalam persahabatan kitapun seperti Daud dan Yonatan, tetapi lebih banyaknya kalau kita yang menikmatinya sendiri. Yang keempat, Yonatan memberikan yang terbaik bagi Daud, sahabatnya. Terdapat dalam 1 Samuel 18:1-5, Yonatan memberikan 'alat-alat' yang dianggapnya penting bagi penopang hidupnya dalam kerajaannya bagi Daud. Yang kelima, terdapat dalam 1 Samuel 20:4 yang menyatakan bahwa Yonatan bersedia memberikan apapun bagi Daud, karena ia percaya kepada Daud bahwa Daud pun menginginkan yang terbaik bagi Yonatan. Yang keenam, persahabatan yang sejati menguatkan kepercayaan kita kepada Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita paling takut kehilangan sahabat kita, jadi sering kali kita menduakan Tuhan melalui sahabat kita. Jika sahabat kita tidak mau ke gereja dan mengajak kita ke tempat lain dengan ancaman kalau kita tidak mengikuti dia, dia akan memutuskan persahabatannya dengan kita dan akhirnya kita pun mengikutinya. Janganlah mencari sahabat yang demikian sebab dalam 1 Korintus 15:33 ditekankan bahwa, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Dan yang terakhir, persahabatan yang sejati hanya mengenal 1 kata, SETIA. Banyak orang-orang yang telah menikah kemudian melupakan sahabat-sahabatnya, dan ia lebih memilih bersahabat dengan suami/istrinya dibandingkan dengan sahabat-sahabatnya dulu. Padahal mungkin saja suami/istrinya mendekatinya untuk suatu hal tertentu, misalnya jabatan dll. Jika semua itu berakhir, maka berakhir pula hubungan itu (jika itu memang yang menjadi landasan dalam hubungannya). Tetapi, persahabatan Daud dan Yonatan benar-benar sejati, bahkan Daud sampai rela mengurus anak-anak Yonatan sepeninggal Yonatan, karena hubungan persahabatan mereka lebih kuat dibandingkan dengan hubungan suami-istri, Daud mengakuinya dalam 2 Samuel 1:26. Tetapi diantara semuanya, hanya ada 1 sahabat yang tidak pernah mengenal status kita, Dia datang untuk menyelamatkan kita, orang yang berdosa, sejak 2000 tahun yang lalu, Dialah Tuhan kita, Yesus Kristus.

Milikilah sahabat dan persahabatan seperti yang dimiliki oleh Daud dan Yonatan, selama berada didunia. Kiranya hari ini dapat menjadi berkat bagi kalian yang sedang bersahabat, dan mencari sahabat. Amien. Gbu

Ku Hidup BagiMu -- 16 January 2009

Jumat, 16 Januari 2009

Malam hari ini, tema khotbah persekutuan kami adalah KU HIDUP BAGI-MU. Kata 'BAGI-MU' jika kita artikan dapat memiliki 2 arti (dualisme), entah itu Bagi-Mu atau Bagimu. hehehe. Tergantung bagaimana kita menafsirkannya. Tapi malam ini, pengkhotbah lebih mengacu kepada Ku Hidup Bagi-Mu, yaitu bagi Tuhan, Allah kita. Landasannya adalah pada kitab Yesaya 43:7 dan berpusat pada Roma 12:1-2.

Yesaya 43:7 yang menyatakan "semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk nama-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan." Mendandung arti bahwa kita, sebagai manusia, diciptakan semata-mata untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kemuliaan siapa-siapa, tetapi hanya untuk kemuliaan Tuhan.

Demikian pula dengan yang dinyatakan dalam Roma 12:1-2, agar kita:Mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Artinya bahwa dahulu tubuh kita memang sudah mati akibat dosa manusia pertama, tetapi Tuhan Yesus datang untuk menebus dosa-dosa kita, dan kita kembali menjadi pribadi yang hidup dihadapan-Nya. Pribadi kita yang hidup inilah yang harus kita serahkan untuk menjadi persembahan yang hidup, secara keseluruhan hidup dan tubuh kita, kita persembahkan sebagai persembahan yang hidup. Secara khusus akal budi kita, karena akal budilah sebagai pusat dari kehidupan kita. Kita belajar untuk membedakan yang mana yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna, semua bersumber dari akal budi kita, kita belajar merasionalisasikan seluruh aspek kehidupan semua bersumber dari akal budi. Jika akal budi kita manfaatkan untuk hal-hal tidak wajar, maka kita belum sungguh-sungguh mempersembahkan tubuh dan hidup kita. Karena percumalah kita mempersembahkan keseluruhan tubuh kita, baik tangan, kaki, mata, dan lain-lain untuk kemuliaan Tuhan, tetapi pusatnya, yaitu akal budi kita, menyatu dengan dunia yang jahat ini? Itu sama saja dengan mempersembahkan hal-hal yang tidak berguna, sebab yang Tuhan inginkan adalah perubahan akal budi kita, yang tadinya ikut tercemar, agar kita dapat membedakan apakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepadaNya dan yang sempurna dihadapanNya. Oleh sebab itu, marilah kita mempersembahkan hidup dan tubuh kita hanya untuk kemuliaanNya saja. Janganlah kita menjadi satu dengan dunia yang jahat ini.

Kiranya khotbah kali ini dapat menyentuh pikiran kita, dan kita dapat kembali kepadaNya, dan menyerahkan apa yang sepantasnya kita serahkan..

Amien

Gbu

Tetap Setia -- 09 January 2009

Jumat, 09 Januari 2009

Khotbah pada malam ini adalah tentang kesetiaan, dan diangkat dari kitab Amsal 19:22 dan Amsal 20:6.

Kesetiaan merupakan salah satu sifat dari Allah yang hanya dimiliki oleh beberapa orang dimuka bumi ini. Semua orang menginginkan seseorang yang setia menemaninya, seperti contoh jika seseorang dalam status pacaran, ia menginginkan pacarnya tersebut untuk tetap berada disampingnya dalam situasi apa pun, dan tentu saja pacarnya akan melakukan hal tersebut. Siapakah yang tidak menginginkan orang yang setia? Orang yang setia merupakan kesukaan setiap orang. Kesetiaan tidak dapat hanya diukur dengan lamanya waktu berjalan. Tetapi, selain mengukur kesetiaan dengan unsur waktu, dapat pula kita ukur dengan 4 unsur, yaitu dengan kesungguhan hati, kejujuran, tanggung jawab, dan kebenaran. Sekarang ini banyak orang yang tidak lagi mempercayai adanya kesetiaan dalam diri seseorang, sehingga mengakibatkan mereka 'kapok' dalam menjalani hubungan dengan orang lain, dan lebih memilih memelihara binatang untuk mengisi kehidupannya. Banyak orang yang lebih memilih memelihara anjing, karena anjing merupakan binatang yang paling setia diantara semua binatang yang ada di bumi. Sekalipun anda menelantarkannya, yakinlah ia akan dengan setia menanti anda kembali. Kesetiaan tumbuh dari kasih, entah itu kasih eros, storge, ataupun filia. Jika kesetiaan itu tumbuh dari ketiga kasih ini, maka kesetiaan itu akan perlahan-lahan pudar, karena ketiga kasih ini menuntut balasan, begitupula kasihnya.

Tetapi, mengapakah kita harus memelihara binatang untuk mengisi kekosongan hidup kita? Bukankah lebih baik jika kita mengisis kekosongan hidup kita dengan merenungkan Firman yang diberikan olehNya, yang setiaNya tidak akan pernah berubah sejak kekekalan hingga waktuNya tiba? Ialah sumber kesetiaan itu, dia menyertai kita walaupun kita kadang-kadang menyimpang dari Dia dan segala ajaranNya, tetapi Dia tetap setia menanti kita kembali, bahkan rela mencari kita yang hilang dari pandanganNya, dan menemukan kita kembali. Pesan terakhirnya adalah, tetaplah setia hingga kematian menjemput kita (Wahyu 2:10).

Semoga share oleh hamba Tuhan pada malam ini dapat menjadi perenungan bagi kita sekalian, tentang pentingnya arti sebuah kesetiaan, dan semakin menumbuhkan kesetiaan dalam diri kita masing-masing terhadap sesama, khususnya kepada Tuhan yang telah terlebih dahulu setia kepada kita. Amien.

What Means to be a Christian? -- 2 January 2009

Sabtu, 03 Januari 2009

What's mean to be a Christian?; itulah tema yang dibahas oleh Hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaranNya di awal tahun ini. Seseorang sering kali menanyakan pertanyaan 'mengapa kau menjadi seorang Kristen?' dan kita sering kali terjebak dalam 2 asumsi kita secara pribadi, yang pertama itu, karena orangtua kita Kristen, jadi dari kecil hingga sekarang kita ke Gereja, di Baptis, dan akhirnya menjadi Kristen. Alasan kedua kita menjawabnya adalah untuk mendapatkan berkat, teman dan memperlancar kegiatan usaha dlsb. Itu alasan (alasan yang kedua) yang sangat tidak masuk akal, karena tanpa menjadi seorang Kristen pun kita dapat mendapatkannya, jika kita bekerja di Yayasan Sosial tentunya.

Tapi, jika kita melihat kembali pada Alkitab, sebenarnya ada banyak alasan mengapa kita menjadi seorang Kristen, tetapi yang dapat disharekan pada malam ini hanya beberapa saja melalui ciri-ciri yang terdapat dalam Alkitab. Ciri-ciri Kekristenan adalah hidup dalam zaman yang baru (Efesus 2:1-10). Seperti yang kita ketahui, dalam Efesus ini, Paulus menggambarkan 2 sketsa kenyataan, yaitu kematian (kita masih hidup dibawah murka Allah; 1-3) dan kehidupan (penebusan oleh Kristus dan keselamatan oleh iman kepadaNya; 4-10), itulah alasan pertama mengapa kita menjadi seorang Kristen, karena kita telah ditebus dan hidup dalam zaman yang baru, zaman anugerah yang diberikan oleh Allah kita. Alasan kedua terdapat dalam Filipi 2:1-4. Ciri keduanya adalah hidup dalam persekutuan yang sejati. Persekutuan Kristen yang sejati terjadi bukan karena kehendak manusia, tetapi oleh kehendak Allah Tritunggal. Sebelum dunia dibentuk, Allah Bapa telah memilih umat pilihanNya yang akan Dia selamatkan dari kematian yang kekal, Allah Anak menggenapi rencanaNya, dan Allah Roh Kudus berkarya pada umatNya yang berkenan kepadaNya sehingga mereka percaya dan merindukan untuk membentuk suatu komunitas persekutuan Kristen. Persekutuan Kristen yang sejati ditandai oleh adanya sebuah kasih, yaitu Kasih Agape dan menggunakan talenta masing-masing untuk melayani dari yang tidak tahu musik dapat dibantu oleh yang tahu musik, dll. Kasih Agape merupakan derajat kasih yang tidak dapat diberikan oleh dunia, Kasih Agape hanya dapat diberikan oleh Allah kita melalui kelahiranNya dan kematianNya. Kasih yang ada didunia tidak dapat menandingi kasih ini, dan dala persekutuan, hendaklah kita mempunyai Kasih Agape ini atau self-emptiness love, kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Itulah alasan kedua, karena kasih Agape dan persekutuan yang dikehendaki oleh Allah melalui rancangan keselamatanNya, kita menjadi Kristen. Ciri ketiganya terdapat dalam Yohanes 17:3 yaitu mengenal Allah secara pribadi.

Itulah alasan mengapa kita menjadi seorang Kristen, jadi berbahagialah kita yang mendengar dan membaca FirmanNya, dan kita menjadi percaya karena itulah kehendak Allah Tritunggal, bukan karena hasil/usaha kita sendiri, tetapi sekali lagi, karena kehendak Allah semata kita menjadi Kristen.

Semoga Firman ini dapat menjadi berkat bagi kita semua, Amien. God bless us.. ^^

 
GKI Makassar Youth Commision - by Templates para novo blogger